Hidup 5 Tahun dengan Kista Tarlov

Andreas Putera
4 min readJul 8, 2022

--

“Tidak ada gading yang tak retak” adalah peribahasa yang dapat menggambarkan cerita kali ini.

Mungkin semua orang sudah tahu, bahwa tidak ada dari kita yang sempurna atau 100% normal sejak dari lahir — itulah mengapa kita semua unik. Tapi bagiku, mungkin ceritanya sedikit berbeda. Mungkin kalau pakai bahasa data, aku sedikit cenderung berada pada daerah outliers.

Hingga hari ini, 8 Juli 2022, total sudah 5 kali aku menjalani operasi yang membekas di tubuh. Kalau operasi amandel ikut dihitung, ya sudah 6 kali aku menjalani operasi. Sayangnya, sepertinya angka ini akan bertambah tahun depan. Dari 5 operasi tadi, 3 operasi dilakukan di daerah yang sama: perut abdomen. Tahun 2008, aku menjalani operasi laparatomi usus buntu yang sudah agak parah. Sayangnya, di Tahun 2019 ternyata ada perlengketan usus dan usus buntu lagi karena ternyata di tahun 2008 pemotongan usus buntunya tidak sampai pangkal. Tahun 2022 Bulan Mei kemarin, terpaksa ada operasi laparatomi lagi karena kasus perlengketan usus kembali. Walaupun terlihat parah, sebenarnya kasusnya tidak se menakutkan itu. Aku hanya mendapat “jatah” dari Yang Mahakuasa untuk menjalani itu, tidak lebih. Kabarnya, kalau kita bisa melaluinya dengan rasa syukur, kita bisa mendapat ganjaran yang luar biasa sekaligus menggugurkan dosa kita.

Beberapa hari setelah operasi, aku merasa ada yang aneh dengan punggung dan kaki kiriku. Kedua area itu sakit sekali sehingga aku tidak bisa melakukan gerakan rukuk dengan benar. Selain itu, aku juga kesulitan duduk dalam jangka waktu yang lama, bahkan hingga tulisan ini dibuat. Sebenarnya, aku sudah merasa ada yang aneh di area ini sejak 2017, tepatnya setelah bermain futsal. Waktu itu, aku melakukan gerakan “jangkah” yang berlebihan dan seketika terdengar suara robekan di daerah pantat. Karena sakitnya tidak terlalu parah, sepulang futsal aku masih bisa menyetir pulang pergi Jogja-Wonosari sekaligus tracking ke Pantai Timang sejauh 3 km. Ini foto-fotonya waktu itu, hehe.

Keanehan mulai terjadi 3 hari setelah futsal. Saat naik tangga, tiba tiba kaki kiriku tidak bisa diangkat ketika hendak menaiki anak tangga. Karena masih tidak terlalu sakit juga, aku hanya fisioterapi dan banyak renang. Jaman jaman itu, bisa dibilang aku cukup aktif secara fisik. Banyak renang, banyak lari, bukan perokok aktif. Hanya saja, setelah beberapa waktu akhirnya 2018 saya memutuskan untuk MRI dan hasilnya, memang ada kista sebesar 1 cm di sacral 1–2 (tulang ekor). Karena ukurannya yang kecil dan tidak terlalu mengganggu — rasa sakit konstan di skala 1–2 saja setiap hari, kista ini dibiarkan saja oleh dokter dan solusinya hanya banyak terapi. Tapi aku tidak bisa bohong, kalau ditanya apakah kaki kiri dan kanan berbeda? beda. Apakah ada rasa sakit yang konstan setiap hari (tidak bisa hilang dengan cara apapun) di kaki kiri? Ya, betul.

Waktu pun berlalu, selama 2018 hingga 2022 ini aku sudah banyak traveling dan tracking. Bukan apa-apa, tapi kalau mau dibilang kemampuan fisik, aku masih bisa dibilang di atas rata rata. Aku bisa renang di laut lepas tanpa pelampung ketika di New Zealand. Jalan lebih cepat dan lebih jauh ketika tracking — meskipun dengan sakit punggungku. Bersepeda 10 km dibawah terik matahari, berenang dan diving di Pantai Pulau Rottnest, Australia, aku sikat semua. Sakit kah di punggung? Iya. Tapi aku tidak mau memikirkan itu lebih daripada menikmati perjalanan dan alam yang indah di depan mataku. Ini foto-fotoku lagi, hehe.

Gunung salju Ruapehu di North Island, Selandia Baru
Cathedral Cove (Tempat syuting Narnia) dengan tracking 1 jam (total 2 jam pp) di North Island, Selandia Baru
Bertemu Quokka di Rottnest Island, Perth, WA, Australia. Track cycling 10 km.

Hingga sebelum 2022, kista itu tidak memberikan rasa sakit yang berarti. Sebulan yang lalu, karena kista itu sudah terlalu menyakitkan, akhirnya aku putuskan untuk MRI kembali dan hasilnya kistanya sudah berkembang jadi 1.6 cm. Saat ini, aku masih berjuang untuk bisa mengumpulkan data S3 ku di Melbourne, Australia. Dengan sedikit pain management mindset dan beberapa painkiller (mostly parasetamol, nothing serious), aku harap aku bisa melewati 6 bulan di Melbourne dengan lancar. Tahun 2023 awal nanti, insyaAllah aku akan menjalani operasi pengambilan kista di Jogja.

Kista Tarlov di sacral 1–2 bagian kiri

Aku tidak sabar menanti 2023! Aku yakin setelah itu rasa sakitnya bisa hilang dan who knows? I am ready for my next adventure!

Untuk para pembaca, mungkin cerita ini bisa jadi penyemangat bagaimana kalian menghadapi rasa sakit — tidak nyaman, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan pikiran yang sehat, optimis, dan penuh semangat. Semoga sedikit cerita ini bisa memberi dampak positif bagi pembaca :)

Best,

Andreas

--

--

Andreas Putera
Andreas Putera

Written by Andreas Putera

Story telling and Data Visualization

No responses yet